Monday, August 7, 2017

untitled

When you love someone, your logic is died somehow.
You want to do everything for someone you love.
Making them happy.
Taking care of them.
Making sure they're alright.
And understanding them.

I always try to understand what he wants; even he didn't want to tell me.
I always try to understand what he needs; even he kept in silence.
I always try to understand;
Even he keeps blaming me.

It sucks when everything seems perfect in the start. Then it turned to be like this.
What were alright in the first place, become something bother.
It sucks when you always try to understand, hold your anger, hold your own feeling and emotion; and all you got just acrimony and hatred.

All you do seem always wrong in their eyes.
All you do will get their hatred.
All you do will never be enough for them.

I just don't know..
Is this self still my-own-self or not; of becoming like this?
Is this still me?

But all I know...
Only Allah who owns me.
Not you.
Not them.
Not his.
Not her.
NOT EVEN ME.

Sunday, March 6, 2016

A New Family, F4 & DKR48♥

Yiiiihaaaa!
awal Desember tahun lalu, aku ikutan sebuah panitia universitas untuk pertama kalinya. Aku daftar untuk divisi dekorasi. apalagi ini festival Jepang pertama kali yang diselenggarain univku. Setelah beberapa kali dateng ke acara Jejepangan, pasti pengen dong gabung juga hehehe.

Long story short, kerjaan divisi ini yang paling buuuuanyak dan paling berat. bikin sakura, kolam, desain stand, panggung, dan masih banyak lagi.
awalnya aku mah ogah ogah banget kerjainnya. (bayangin libur-libur mesti ke kampus tiap hari). Apalagi pada ga kenal siapa-siapa disana.
Tapi seiring berjalannya waktu dan saking seringnya bersama, kita jadi akraaab banget satu sama lain. Pasti semua bakal kena jadi bullyian =)) hahahaha
tiap malem kita pesen makanan, yang selaluuu aja papa koor jadi bulan-bulanan (yang konon katanya ulang tahunnya setiap hari. jadi harus selalu mentraktir kita setiap hari LOL), terus ada koko Davin yg bisa diandalkan (walopun sbnrnya doi ternyata lahir lebih muda, tapi udah kebiasaan manggil koko hahaha)
terus ada Sukma yang selalu jadi bahan utama bullyian, ada Icha yang selalu jadi temen gosip bareng, ada Christin yang aluuuus setengah mampus, ada Indra yang selalu kumat diatas jam 3 doi selalu baca mantra mantra aneh ga jelas yang konon katanya punya banyak temen khayalan yang dia taruh di teru teru bozu (OK, ini bercanda doang kok LOL)
 total anggota ada 18 orang, tapi yg aktif ya yang itu itu aja sih hahaha >>>>






Udah mulai keliatan bodongnya ini divisi kan? Huakakakak walopun pulang malem terus, tapi sayaaang bgt sama mereka :'3

Teruuus hari H semakin dekat, sehari kita harus bikin 1200 sakura dan masih banyak yang lainnya. Waktu persiapan udah 85%, foto foto nya kumat lagi deh :3 (udah masuk Hari H karena udah jam 00.07 LOL)




Laluuu Hari H pun datang! Melebihi ekspektasi sih, walaupun sempat hujan tapi asli deh fun abis! Apalagi kami juga sempet jualan choco banana dan choco berry buat nambah nambahin penghasilan :3



Setelah acara selesai, gak lupa kita juga foto sama lampu teru teru bozu bikinan kita (handmade coy!)





Setelah acara hari pertama selesai, entah kenapa malah pengen nginep lagi di kampus (yaelah bok). Tapi sebelum nginep, kita juga adain eval buat panitia. Woooo seru banget pastinya apalagi ada partner debat (?) yang mantab banget yaitu koko Davin.
Abis eval sampe koleng, akhirnya kita tidur deh. Sempet demam sih, tapi setelah minum obat dan pake bye bye fever, untung paginya udah enakan.

IT'S THE SECOND DAY BABYYYYY! YEAY PUNCAK ACARA NIH. kerjaan kita udah ga sebanyak kemaren kemaren. cuman ngehias hias sisa barang yg blm sempat ditaruh terus juga ngerapihin hiasan lainnya.

Ini nih papa koor kita yg super sabar xD


 See how happy we were? :)




Akhirnya waktu acara selesai, kita bisa foto (hampir) lengkap semua anggota :3





Duuuuh sampe sekarang masih susah move on dari acara ini, apalagi dari anak anak divisi dekorasi. Sampe ada yang cinlok loh di kepanitiaan besarnya xD hahaha


One thing I don't regret joining this most exhausting committee is finding a new family here


See you when I see you again, guys! You guys are the best memorable committee division I've ever had <3



Friday, January 29, 2016

Marble Sounds - The First Try Lyric

Heyhaaaaaaaa!
Long time no see people!
It's been a tough semester for me, that's why I barely check my blog ><

BUT I AM SO HAPPYYYY! Because Marble Sounds just had their new album and..........  A NEW MUSIC VIDEO OF "THE FIRST TRY" !!!

CHECK THIS OUT >>>






MARBLE SOUNDS - THE FIRST TRY


So much for some good advice
We drop out on the first try
We flee before we even fight

“It’s just a phase” is just a phrase
used back in my old days
to tell me to sit back and wait

But we will get to roll again
We will do what it takes
All that needs a long debate
I don’t need to know

Here’s to another try
To move on to a different start
Ready for the rise
Ready for the second part
Hardly playing safe
We’re drifting on a higher wave
To another try
If a challenge comes to mind
I will give a sign

So much for a bit of truth
The proof that might offend you
Conclusions we’ll be reaching soon

It’s easier to say than do
To stop you than to guide you
‘Cause who knows what we’re heading to

But we will get to roll again
We will do what it takes
All that needs a long debate
I don’t need to know

Here’s to another try
To move on to a different start
Ready for the rise
Ready for the second part
Hardly playing safe
We’re drifting on a higher wave
To another try
If a challenge comes to mind
I will give a sign

We will get to roll again
All that’s hardly worth the wait
says it’s time to go
For another try



I love the video so much! Such a heartwarming video :3
moreover this song is my favorite in this album.
Aaaa Marble Sounds, you did it agaain!

Friday, October 30, 2015

Marble Sounds - The Ins and Outs Lyrics

Yaaaay I am so happy finally they release some new song! Really can't wait for Tautou' album (release foreseen on January 15 2016)

For me, Marble Sounds is one of few musician who still can make some amazing song that made by heart :")




MARBLE SOUNDS - THE INS AND OUTS


Changes on the horizon
Moving me to find them
So I…

I’ll make it
The moment is defining
The strategy’s decided

Over time this pace will slow me down
Give me time to learn the ins and outs

Changes on the horizon
Moving me to find them
So I…

I’ll make it
The moment is defining
The strategy’s decided

Over time I start to wonder
Should I dive
Would I be pulled under?
Give me time to learn the ins and outs

Saturday, August 22, 2015

Clueless





Secara psikologis, manusia akan merasa tidak aman ketika mereka tidak mengerti sesuatu hal yang tidak pasti.
 Contoh 1:
A : Eh aku pinjem mobilmu ya.
B : Sampe jam berapa? Aku jam 3 sore mesti ke kampus nih. Mau ngurus beasiswa.
A : Aku gak tau pasti sih sampe jam berapa, tapi kayanya siang udah beres kok. Gimana?
 B :*mikir mikir*

Contoh 2

X : Gue ga tenang banget nih
Y : Kenapa?
X : Gue belum belajar fisika sama sekali. Mana abis gini udah masuk ruangan ujian lagi


Dari dua contoh diatas, dapat terlihat perasaan tidak aman maupun ketakutan dari si B dan si X. Dimana ketakutan mereka disebabkan oleh sesuatu yang tidak pasti.
Coba kita mencoba mengingat-ingat, banyak sekali hal-hal kecil yang tidak pasti di kehidupan kita sehari-hari yang membuat kita, tidak jarang, merasa tidak aman.

Seringkali, hal-hal tidak pasti yang membuat perasaan paling tidak aman adalah karena ketidakpastian oleh perasaan dan cinta.
Ketika kita sedang dekat atau suka dengan seseorang, ketika semua hal masih terasa abu-abu dan belum terungkapkan dengan baik, seringkali kita merasa tidak aman dan berulang kali berpikir
Sebenernya aku apa sih buat dia?
Dia suka aku nggak ya?
Perasaannya dia sebenernya gimana sih ke aku?

and so on..

Seringkali perasaan tidak aman karena ketidak pastian, dalam hal ini, kalah dengan perasaan takut kehilangan atau perasaan takut merusak kedekatan yang sudah dibangun satu sama lain.
Meskipun begitu, jika tidak segera dipastikan, sebenarnya akan mengundang berbagai masalah lainnya.
Ketika kamu bertanya-tanya, mungkin saja ia juga memiliki perasaan yang sama denganmu. Namun kamu terlalu takut untuk memastikan. Kamu bisa saja kehilangan dia, atau bahkan kehilangan satu sama lain. Karena pada dasarnya, manusia cenderung mencari sesuatu hal yang pasti.
Lebih buruknya, ketika kamu bertanya-tanya, kamu meyakinkan dirimu kalau ia memiliki perasaan yang sama. Padahal dia hanya menganggapmu sebagai teman. Kesalahpahaman inilah yang membuat banyak sekali orang merasa diberi harapan palsu.

The hard part is when we both are clueless to each other. Somehow I am sure, you have the same feeling, but somehow you shut it down too. Perhaps, I've already given you bunch of clues, but you was not sure enough to get that. And vice versa.
Even we are busy with our own bussiness and barely contacting each other; but you do, already know that I love you, right?

Friday, July 10, 2015

Remember Me



 “I am hopelessly in love with a memory. An echo from another time, another place.”
— Michael Faudet 


Bola itu melambung tinggi kearah langit yang berpendarkan warna oranye dan menghasilkan home run yang indah. Setelah sepersekian detik memperhatikan bola yang berhasil dipukulnya, dengan cepat perempuan itu berlari dengan kencang menuju base pertama sampai kembali lagi ke home base. Ia berhasil membalikkan keunggulan setelah berhasil membuat tiga runner back home –termasuk dirinya- dengan mulus. 

Tim softball Aurora Borealis yang dipimpin perempuan berambut panjang bergelombang itupun berhasil masuk ke final kejuaraan softball provinsi Jakarta. Euforia kemenangan begitu terasa didalam tim Aurora. Para anggota tim bersorak-sorak kegirangan sambil memeluk satu sama lain. Ada yang menangis haru, ada yang bersorak, semua melebur menjadi satu. 

Seorang perempuan berambut pendek masih lengkap dengan keringat yang bercucuran, “Lea, kita berhasil maju ke final!” Ujarnya sambil berjalan memeluk kapten timnya itu.
Perempuan yang dipanggil Lea -yang berhasil mencetak homerun disaat terakhir- balas memeluk perempuan itu sambil tersenyum penuh kebahagiaan.
“Kamu memang hebat kapten!” Seorang perempuan dengan rambut kuncir kuda memeluk Lea dari belakang.
Lea berusaha untuk dapat merangkul kedua anggota timnya. Ia merasa begitu bahagia berhasil mengantarkan timnya menuju final kejuaraan yang mereka impikan sejak dulu. Sebuah tim yang ia bentuk dengan susah payah, akhirnya dapat menunjukkan taringnya ke semua orang yang selalu meremehkannya.

Setelah beberapa lama melakukan selebrasi, Lea berjalan masuk ke bench yang cukup sepi karena tidak ada orang. Meninggalkan anggota timnya yang lain yang masih hanyut dengan suasana kemenangan. Ia mengambil handuk yang telah tersedia dan duduk di bagian pojok bench. Lea mengusapkan handuk ke wajahnya. Ekor mata kanannya melihat seseorang yang baru saja masuk. Lea pun menoleh. Senyumnya kembali merekah ketika ia melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi berjalan ke arahnya. Lea meletakkan handuknya, kemudian berdiri. Laki-laki itupun langsung memeluknya.
“Selamat ya. Kamu memang hebat.” Ujar laki-laki itu sambil mengelus rambut Lea dengan sayang.
Lea hanya tersenyum di bahu laki-laki itu.
Mereka saling melepas pelukannya.
Laki-laki itu menatap sambil mengelus pipi Lea dengan lembut, “Tim kita harus sama-sama menjadi juara.” Katanya yakin.
Lea mengangguk sambil menatap mata orang yang sangat dicintainya itu. 

*** 

Dimas menaruh kedua tangannya ke dalam saku celana abu-abunya. Meskipun beberapa pasang mata menatap ke arahnya, pandangannya tetap lurus kedepan tanpa memedulikan sekitarnya. Langkah kakinya mengikuti langkah kaki Bu Marlina yang menuntunnya menuju kelas baru yang akan ditempatinya selama satu tahun terakhir masa SMAnya, di SMA Gelora Bangsa. Tak beberapa lama, merekapun sampai di kelas.
Suasana kelas XII IPA 6 yang berisi tiga puluh lima siswa begitu gaduh melihat seorang murid baru yang masuk ke kelas mereka.
Kelas yang cukup nyaman pikir Dimas. Terdapat dua air conditioner yang terdapat di sisi kanan dan kiri kelas. Kelas yang bercat dinding berwarna baby blue ini terasa sejuk dengan gorden berwarna navy blue yang menghiasi jendela-jendela kelas. Terdapat jarak sekitar tiga setengah meter antara meja guru dengan bangku murid paling depan. Di jarak itu lah terdapat majalah dinding dengan berbagai tulisan dan pengumuman tertempel dengan rapi di sisi kiri tembok. Meja dan kursi kayu yang menjadi bangku mereka terlihat begitu terawat dan bersih dari coret-coretan yang biasa ditemui di meja sekolah pada umumnya. Konon katanya, SMA Gelora Bangsa adalah sekolah paling bersih nomor satu tingkat nasional. Sekolah ini juga terkenal ketat dalam mengatur peraturan kebersihan sekolah.
Semua siswa kelas XII IPA6 memperhatikan laki-laki yang mereka kenal sebagai murid baru. Seorang laki-laki berbadan tinggi namun sedikit membungkuk. Terlihat tidak percaya diri dengan tinggi badannya yang termasuk jangkung untuk anak seusianya. Rambutnya ikal berpotongan cepak. Bajunya sedikit compang-camping dengan kemeja yang kusut dimasukkan sekenanya ke dalam celana. Raut wajahnya terkesan dingin dan tidak ramah.

“Anak-anak, harap diam.” Ujar Bu Marlina selaku wali kelas mereka.
Suasana yang semula gaduh berangsur-angsur menjadi hening. Semua mata tertuju pada murid baru yang tampak acuh dengan kelas barunya itu. Entah bagaimana, mereka merasa ini adalah salah satu kesempatan untuk keluar dari kejenuhan setelah berbulan-bulan mereka bergelut dengan tugas dan ujian.
“Mulai hari ini, kalian mendapatkan seorang teman baru,” Bu Marlina mempersilahkan murid itu untuk maju memperkenalkan dirinya, “Silakan kamu memperkenalkan diri,”
Laki-laki itu tampak menghela nafas panjang, “Nama gue Ardimas Mahardhika. Panggil aja Dimas,” Ujarnya cuek.
Suasana kembali gaduh.
“Udah punya pacar belum?” celetuk seorang siswi sambil memainkan rambutnya dengan genit. Suara gelak tawa terdengar seantero kelas.
Dimas hanya menatap dingin perempuan itu, “Penting?” Tanyanya singkat.
Suasana menjadi hening dalam sekejap. Semua murid-murid terkejut dengan jawaban Dimas. Biasanya murid baru akan malu-malu ataupun sungkan saat masuk ke sekolah baru, eh ini malah dingin banget. Sinis pula. Siapa coba yang tidak jadi antipati.
“Dimas, ada yang ingin kamu sampaikan kepada teman-teman baru kamu?” Tanya Bu Marlina.
“Tidak ada.” Jawab Dimas pendek.
Suasana kembali hening. Semua siswa langsung memandang Dimas dengan pandangan antipati.
“Masih murid baru aja belagu!” Celetuk seorang siswa yang duduk di bangku pojok.
Dimas hanya mendengus.
“Ya sudah, silakan kamu duduk di bangku yang masih kosong,” Ujar Bu Marlina.
Dengan cepat, Dimas mengambil duduk di bangku di baris kedua yang memang hanya ada seorang siswa yang duduk sendirian. Ia meletakkan tas dan duduk di kursinya. Siswa yang telah menjadi 'penghuni lama‘ bangku itu menoleh ke arahnya dan mencoba tersenyum.
Dimas yang melihatnya hanya tersenyum simpul dan sedetik kemudian kembali memasang wajah dingin. Bikin keki orang yang melihatnya. 

*** 

Sesaat setelah bel istirahat berbunyi, Dimas hanya memandang aneh gadis didepannya. Gadis berambut panjang bergelombang warna merah kecoklatan itu tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang rapi. Jepit rambut mawar putih yang sederhana terlihat begitu menawan tergantung di sisi kanan rambutnya. Pipinya yang begitu mulus tampak merona merah alami. Bibirnya yang tipis terpoles lipgloss berwarna pink. Kemeja putihnya terlihat begitu halus dan rapi. Dimas dapat mencium harum yang begitu manis dari tubuh gadis itu.
“Kenalin, namaku Lea. Eleanora Victoria. Kamu Dimas kan?” Tanya Lea sambil menyodorkan tangannya.
Dimas hanya menatap tangan Lea tanpa menyentuhnya. “Iya. Gue Dimas.” Katanya dingin. Ia kembali berkutat dengan novel usang Stephen King berjudul Rita Hayworth and Shawshank Redemption yang sedari tadi dibacanya.
Lea menarik tangannya dengan perasaan canggung.
Dimas dapat merasakan pandangan teman-teman sekelasnya menuju ke arah mereka berdua. Meski ia terlihat membaca novel, pikiran Dimas tetap melayang. Mimpi apa ia tadi malam. Baru saja masuk ke sekolah baru, tiba-tiba ada seorang gadis berkulit putih dan berparas cantik mengajaknya berkenalan duluan.
“Lea, ke kantin yuk! Gue udah laper nih,” Panggil Risa, teman sebangku Lea membuyarkan pikiran Dimas.
“Kamu mau ikut?” Tawar Lea kepada Dimas.
Teman-teman yang masih berada di dalam kelas semakin memandang aneh ke arah Dimas. Bisikan-bisikan mulai terdengar.
“Lea gapapa tuh?”
“Lagi sakit kali tuh anak!”
“Kok bisa-bisanya sih idola sekolah kita ngajakin cowok duluan? Anak baru lagi. Masih juga gantengan gue!”
Bisikan-bisikan itu membuat telinga Dimas makin panas.
“Nggak.” Jawab Dimas pendek tanpa memalingkan pandangan dari novelnya.
Lea menghela nafas namun tetap tersenyum, “Ya udah, kalo gitu duluan ya.” Ujar Lea. Kemudian ia berbalik badan. Rambutnya yang berkilau berkibas dengan indah. Lea lalu berjalan menyusul Risa yang sudah menunggunya didepan pintu kelas.
Meskipun menjawab begitu, setelah Lea berbalik badan, diam-diam tatapan mata Dimas mengikuti kemana Lea berjalan hingga sosoknya menghilang dibalik pintu.
“Hey, bro. Merhatiin Lea, ya?” Ujar teman sebangku Dimas membuyarkan tatapannya.
Dimas menoleh, “Ah, enggak kok.” Elaknya.
“Lea emang cantik banget. Wajahnya itu loh, nyenengin.”Lanjutnya tanpa memperhatikan ekspresi Dimas. Laki-laki disebelahnya itu tersenyum sambil menyodorkan tangannya, “Kenalin, gue Ade.”
Dimas mengamit tangan Ade, “Dimas,”
“Lo nggak ngerti betapa beruntungnya lo yak. Gitu-gitu Lea tuh primadona di sekolah ini. Gue aja yang sekelas sama dia dari kelas satu aja gak pernah ditawarin ke kantin bareng. Gue iri sama lo.” Kata Ade setelah melepas tangannya.
“Primadona gimana?”
“Dia tuh udah cantik, ramah, jago olahraga, pinter lagi. Yah, meskipun jarang mau kasi contekan sih kalo pas ulangan. Tapi kalo lo minta ajarin gitu pasti dia mau kok,”
Dimas cuman manggut-manggut mendengarnya.
“Terus, dia juga gak pandang bulu kalo nolongin temen. Padahal keluarganya tajir banget. Pernah tuh, band gue kepepet butuh vokalis buat tampil di event sekolah gara-gara vokalis gue mendadak sakit. Eh, dia mau gantiin jadi vokalis. Mana suaranya merdu banget. Itu anak bener-bener cakep luar dalem.” Celoteh Ade. “Makanya, lo jangan jutek-jutek ke dia. Karena bakal banyak cowok-cowok yang gak terima, lantaran Lea tuh banyak banget yang ngincer, tapi sampe sekarang dia selalu cuek-cuek aja,” Ade sambil terbahak.
Dimas yang mendengarnya hanya tersenyum cerita Ade yang seolah Lea adalah yang maha sempurna. Meski begitu, Dimas masih terus memikirkan sesuatu yang ia pertanyakan sejak kejadian barusan. 

*** 

Hellooo, anybody’s there?” Tanya Risa sambil melambaikan tangan didepan wajah Lea. 
Kata-kata Risa membuyarkan lamunan Lea yang sedaritadi hanya mengaduk-ngaduk bakso untuk makan siangnya.Nafsu makannya hilang entah kemana. 
Lea mengangkat wajahnya. 
Perempuan berambut cepak itu menatap mata Lea yang ada dihadapannya, “Jadi sedaritadi gue cerita, nggak ada yang lo dengerin?” Tanya Risa dengan sedikit nada sebal. 
Lea hanya nyengir, “Hehehe, sori sori, Ris. Aku masih kepikiran.” 
“Yah, elooooo,” Risa pura-pura mendengus kesal. 
“Sori-soriii,” Ujar Lea dengan wajah menyesal. 
Risa  menyendokkan gado-gado ke dalam mulutnya. Ia mengunyah sebentar, “Dia itu… Cowok yang lo maksud?” 
Lea menarik nafas panjang dan mengangguk pelan. Raut wajahnya menjadi sedih. 
Risa menghela nafas dan mengusap pundak sahabatnya itu, “Gue yakin lo pasti bisa kok.” 
Lea menoleh kearah Lisa kemudian tersenyum, “Makasih, Ris.” 
“Lo yang sabar ya, Le. Gue nggak bisa bayangin kalo jadi lo…”
                                                ***


Lea mengusap rambutnya yang basah dengan handuk. Badannya merasa begitu segar setelah berendam di bathup. Ia melipatkan handuk di rambutnya sambil berjalan menuju ruang makan. Lea mengambil gelas dan membuka kulkas. Kemudian ia mengambil sebotol susu sapi murni dari kulkas dan menuangkannya. Ia pun berjalan menaiki tangga dan menuju kamarnya di lantai dua.
Lea memasuki kamarnya dan duduk di kasur. Ia meneguk susu dengan nikmatnya. Meminum segelas susu setelah mandi sore adalah kebiasaannya sejak kecil. Segelas susu itu habis dalam beberapa tegukan. Kemudian ia meletakkan gelasnya diatas meja belajarnya yang terletak di sisi kiri kamarnya.
Ia menatap sebuah pigora foto yang terpajang disudut meja belajarnya. Sebuah foto dirinya dan seorang laki-laki memakai seragam latihan softball sedang duduk disebuah lapangan lengkap dengan bat dan juga glove. Mereka tersenyum penuh kebahagiaan. Laki-laki itu merangkul pundak Lea, sedangkan Lea bersandar di leher laki-laki itu.
Lea kemudian mengambil pigora berwarna coklat tua yang penuh dengan ukiran itu. Pandangan matanya mulai buram. Butiran-butiran air mata mulai mengalir di kedua sisi wajahnya. Ia mendekap pigura itu didadanya.
“Aku merindukanmu…”


I picture your photographs
I'm dying here
I don't know why
I picture the pose you held
The blush you felt
But I won't ask why
I picture you somewhere else
The story ends
But I don't know how
If only the timing had been right 

Marble Sounds Photographs

Wednesday, February 25, 2015

In Your Eyes




I can't count how long... But some time has passed
I wonder just how much I know about you?
Following along the map with my finger isn't doing too much
I notice your uneasy face, though you are hiding it


As though resisting the face paced day that will be tomorrow
Even though I run about, it's strange... My heart sketches you

 

When I looked up, radiance filled the sky, without fading
If only we could have been like the sun, shining all the time

 

I want to be held by your scent... For just a little longer
The air outside pulls at my collar, then I turned my back on it

 

My sighs, blurred white, tell me of the season
While repeating it all, suddenly I thought... Why am I here?

 

I want to be by your side forever, gazing at your smile
I want to live each changing moment in your eyes
In that one scene, forever colored in gentle hues
In order for us to be closed, I want time to stop forever

 

I want to be by your side forever, gazing at your smile
I want to live each changing moment in your eyes
If one day I can take you out to a brilliant season
To where the flowers are, blooming in the sky like snow...

 To where the flowers are


L'Arc~en~Ciel 瞳の住人